Masa Pandemi Covid-19 membuat pola pendidikan berubah. Semula
proses belajar mengajar dilakukan dengan tatap muka. Tetapi kini, proses
belajar mengajar dilakukan secara jarak jauh dengan memanfaatkan jaringan
internet, serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Dari segi manfaat, dilakukannya
pembelajaran jarak jauh (PJJ) telah menjejakkan proses pendidikan di tanah air
ke arah digitalisasi. Namun di sisi lain, hal itu juga menimbulkan hambatan.
Bagi daerah yang mengalami kendala akses internet dan ketiadaan gawai karena
rendahnya tingkat ekonomi masyarakat PJJ cukup sulit untuk dilakukan. Selain
itu, proses belajar mengajar yang membutuhkan praktek secara langsung juga
mengalami kendala.
Deputi Bidang Koordinasi
Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono
menjelaskan, untuk mengatasi hal itu dibutuhkan inovasi khususnya oleh pihak
guru dan sekolah dalam memanfaatkan keadaan yang serba terbatas.
Hal itu dijelaskan Deputi Agus
saat memberikan arahan dalam 'Sosialisasi Terobosan Pemanfaatan TIK Sederhana
Untuk Mengatasi Hambatan PJJ', secara daring via aplikasi zoom dan dihadiri
sebanyak ratusan perwakilan sekolah dari berbagai daerah, pada Jumat (11/12).
"Inisiatif dari pihak
sekolah sangat diperlukan. Dengan menggunakan tiga pendekatan yang diamanatkan
oleh Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan, konsep 3N, yakni Niteni,
Niroke, dan Nambahi yang berarti mengamati, meniru, dan menambahkan. Pendekatan
ini bisa dilakukan dimanapun," jelasnya.
Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membuat
cerdas generasi penerus bangsa, serta membentuk karakter bangsa yang berbudaya.
Sehingga, tantangan sebesar apapun harus bisa diatasi dan menjadi tanggung jawab
bersama. Semua orang, kata Agus harus menjadi guru yang bisa mendidik anak-anak
penerus bangsa.
"Siapa yang bertanggung
jawab untuk hal itu? jawabannya adalah guru. Karena itu mari setiap kita
menjadi guru. Jadi tidak hanya dosen atau guru di sekolah, kita semua harus
menjadi guru," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Sosiolog
Universitas Indonesia Imam Prasodjo mengamini penjelasan dari Deputi Agus
Sartono. Dia mengatakan bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru,
tetapi juga tanggung jawab semua unsur masyarakat. Menurut dia, masa pandemi
ini memiliki hikmah untuk membuat gerakan agar semua orang bisa menjadi guru
untuk anak-anak agar proses pendidikan tidak terhenti meskipun terdapat beragam
kendala.
Menurut Imam, untuk melakukan hal
itu perlu adanya mapping untuk memilih orang terbaik yang bisa dilibatkan untuk
mengajar dan membimbing anak-anak, mulai dari lingkup keluarga seperti orang
tua, kakak, saudara, serta pihak luar seperti melibatkan mahasiswa untuk
melakukan praktik KKN dengan mengajar di daerah yang terkendala akses tersebut.
"Oleh karena itu mapping
menjadi sangat penting. kalau orang terididik atau istilahnya champion bisa
digerakan maka memunculkan sekampung bisa menyelamatkan anak kita. Katakan saja
guru tak memiliki akes internet tapi dia punya mitra di wilayah anak didik
mereka bahkan kakak dan orang tuanya yang lebih bertanggung jawab," jelas
Imam.
Untuk hambatan teknologi, tim
dari Yayasan Nurani Dunia telah mengembangkan inovasi pemanfaatan TIK sederhana
Pemanfaatan TIK sederhana ini telah diterapkan di SMP N 3 Tegalwaru dan SMK N 1
Tegalwaru Purwakarta. Pengembangan dan implementasi inovasi TIK sederhana ini
dikawal oleh Kemenko PMK yang bekerja sama dengan aktivis pendidikan ITB dan
UNPAD.
Inovasi yang dilakukan adalah
dengan memanfaatkan perangkat sederhana untuk media pembelajaran oleh guru
seperti memanfatakan TV. Dengan dikoneksikan ke Handphone atau laptop agar
anak-anak yang memiliki kendala ketidakmampuan memiliki gawai bisa melakukan
belajar secara berkelompok dan dengan protokol kesehatan di bawah bimbingan
guru.
Selain itu, Yayasan Nurani Dunia
juga melakukan sosialisasi kepada guru agar bisa menyiapkan konten belajar yang
interaktif agar peserta didik tidak merasa bosan dan lebih mudah memahami dalam
proses belajar. Pelibatan keluarga, sampai mahasiswa juga diperlukan untuk
membimbing peserta didik. Inovasi ini bisa menjadi alternatif dalam proses PJJ
dan bisa diterapkan oleh pihak sekolah.
Sumber : https://www.kemenkopmk.go.id/tantangan-pendidikan-di-masa-pandemi-semua-orang-harus-jadi-guru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar